( Kemiskinan di Cilacap )
Potret Buram
Desa Donan Cilacap selatan, pada pagi hari di awal Januari 2011, Sutarmi seperti biasanya segera bergegas ke tempat kerjanya. Kerja sehari harinya adalah membantu membereskan segala pekerjaan rumah tangga ibu Tito ( bukan nama sebenarnya ) dimulai dari membantu menyiapkan makan pagi, membersihkan rumah hingga mencuci pakaian keluarga majikannya. Atas bantuannya dia mendapatkan uang terima kasih 250,000 rupiah setiap bulannya. Sutarmi mempunyai tiga anak buah kasih sayangnya dengan suaminya seorang buruh nelayan. Anak sulungnya belum genap 16 tahun dengan pendidikan terakhir SMP, putus sekolah dan bekerja apa saja di tempat pelelangan ikan. Anak kedua masih di SMP dan yang ketiga di bangku sekolah dasar. Akhir akhir ini hidupnya semakin berat karena harus menjadi tulang punggung keluarganya. Suaminya sudah lama tidak melaut disamping seringnya cuaca buruk harga jual hasil tangkapan tidak bisa menututupi ongkos melaut. Sekarang suaminya memilih menarik becak. Menarik becakpun tidak mudah di Cilacap karena tentu saja masyarakat lebih memilih angkutan kota sebagai moda transportasi utama selain jauh lebih murah juga lebih cepat. Dengan penghasilan dan kebaikan kebaikan majikannya Sutarmi harus menghidupi keluargannya. Beban hidup adalah kesehariannya. Dia harus mengatur makanan untuk keluarganya, membeli beras, minyak tanah dan sedikit bahan lauk. Sayuran diambil dari tanaman katuk yang dia tanam sebagai pembatas pagar rumah. Dengan harga kebutuhan pokok yang semakin naik dia semakin gamang menghadapi hidupnya. Masa depan bukanlah bagian hidupnya. Penghasilan keluarganya tidak mencukupi untuk keperluan dasar keluarganya mulai dari makanan, pendidikan apalagi kesehatan.
Inilah potret buram tentang munculnya kemiskinan di Cilacap. Menurut catatan harian Kompas edisi 10 januari 2011 kemiskinan kian menjerat nelayan di pantai selatan Cilacap. Dari sekitar 20,000 perahu kini hanya sekitar 20 persen yang aktif melaut akibat paceklik berkepanjangan. Paceklik disebabkan bukan hanya karena cuaca buruk tetapi juga karena hasil tangkapan sudah tidak sebanding dengan biaya. Padahal biaya melaut dari utang. Sebagian nelayan terpaksa beralih profesi menjadi pemulung, buruh bangunan atau TKI di luar negeri. Akibatnya omzet penjualan di TPI Cilacap pada tahun 2010 turun hingga 70% yaitu dari Rp 50 miliar menjadi Rp 20 Miliar. Pada 5-10 tahun lalu omzet perdagangan ikan di Cilacap rata – rata di atas Rp 100 miliar pertahun.
Angka Kemiskinan
Angka kemiskinan seringkali mejdi polemik karena adanya perbedaan persepsi tentang garis kemiskinan. Bahkan penentuan angka kemiskinan menjadi alat politik. Angka kemiskinan dapat diturunkan dengan menurunkan standar garis kemiskinan. Untuk memahami arti angka kemiskinan ada baiknya kita menggunakan definisi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) penduduk yang tidak mampu memenuhikebutuhan dasar minimum dikategorikan sebagai penduduk miskin. Nilai garis kemiskinanyang digunakan mengacu pada kebutuhan minimum 2.100 kkal per kapita per hari ditambah dengan kebutuhan minimum non makanan yang merupakan kebutuhan dasar seseorang yang meliputi kebutuhan dasar untuk papan, sandang, sekolah, transportasi, serta kebutuhanrumah tangga dan individu yang mendasar lainnya. Besarnya nilai pengeluaran (dalam rupiah) untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan dan non makanan tersebut disebut gariskemiskinan (BPS, 2007). Penduduk miskin di Indonesia adalah mereka yang nilai konsumsinya kurang dari nilai rupiah 2.100 kkal per orang per hari plus kebutuhan primer nonmakanan tersebut. Terus bagaimana konversinya ke pendapatan?
Bisa diambil contoh penentuan garis kemiskinan yang diambil oleh BPS provinsi Jawa Tengah ( Berita Resmi statistic, 1 Juli 2010 ) yang menyatakan ukuran Garis Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah Maret 2010 adalah sebesar Rp 192.435,- per kapita per bulan. Pengeluaran untuk membiayai makanan sebesar 72,68 persen, sedangkan pengeluaran untuk membiayai komoditi bukan makanan (perumahan,sandang, pendidikan, dan kesehatan) hanya sebesar 27,32 persen. Artinya orang yang berpenghasilan lebih besar dari Rp 192,435,- per-orang perbulan dikategorikan bukan miskin.
Kemiskinan Di Cilacap
Bagaimana angka kemiskinan di Cilacap ? Angka kemiskinan Kabupaten Cilacap dapat dilihat pada Tabel di bawah yang merujuk pada data dari Jawa Tengah Dalam Angka 2005 – 2008. Melihat data statistik yang ada, angka kemiskinan di Cilacap secara kualitatip mengalami sedikit penurunan tetapi secara kuantitatip bias dikatakan tidak membaik karena adanya pertambahan penduduk.
Tahun | Angka Kemiskinan (%) |
2005 | 22.25 |
2006 | 24.93 |
2007 | 22.59 |
2008 | 21.4 |
Sedangkan angka angka dari sumber Cilacap Dalam Angka 2006 lebih memprihatinkan.
Tahun | Jumlah Penduduk ( orang ) | Jumlah Kepala Keluarga ( KK ) | Keluarga Miskin ( KK ) | % KK Miskin |
2002 | 1,696,765 | 412,274 | 133,480 | 32.37 |
2003 | 1,704,596 | 413,064 | 137,825 | 33.36 |
2004 | 1,709,908 | 413,851 | 133,727 | 32.31 |
2005 | 1,716,232 | 423,250 | 170,432 | 40.26 |
2006 | 1,722,607 | 423,250 | 163,791 | 38.69 |
Sebaran angka kemiskinan tersebut pada tahun 2006 bisa dimengerti dari table di bawah ( sumber : BPS Kab. Cilacap 2006 ).
No | Kecamatan | Jumlah Kepala Keluarga ( KK ) | KK Miskin ( KK ) | KK Miskin ( % ) |
1 | Dayeuhluhur | 14318 | 4927 | 34,41 |
2 | Wanareja | 25426 | 8048 | 31,65 |
3 | Majenang | 30,455 | 13,876 | 45,56 |
4 | Cimanggu | 22,944 | 8,524 | 37,15 |
5 | Karangpucung | 17,443 | 7,724 | 44,28 |
6 | Cipari | 14,353 | 7426 | 51,73 |
7 | Sidareja | 13231 | 6529 | 49,34 |
8 | Kedungreja | 18,803 | 6771 | 36,01 |
9 | Patimuan | 11809 | 5716 | 48,40 |
10 | Gandrungmangu | 23,371 | 11245 | 48,11 |
11 | Bantarsari | 15,643 | 6280 | 40,14 |
12 | Kawunganten | 17,939 | 8453 | 47,12 |
13 | Kampunglaut | 3,453 | 3036 | 87,92 |
14 | Jeruklegi | 14,958 | 6363 | 42,53 |
15 | Kesugihan | 27,047 | 9314 | 34,43 |
16 | Adipala | 19,616 | 6,257 | 31,89 |
17 | Maos | 10,628 | 2,772 | 26,08 |
18 | Sampang | 9,277 | 3,023 | 32,58 |
19 | Kroya | 23,727 | 8,869 | 37,37 |
20 | Binangun | 14,536 | 6,614 | 45,50 |
21 | Nusawungu | 18,246 | 8,463 | 46,38 |
22 | Cilacap Selatan | 19,571 | 5,837 | 29,82 |
23 | Cilacap Tengah | 20,687 | 4,809 | 23,24 |
24 | Cilacap Utara | 15,769 | 2,915 | 18,48 |
| Jumlah | 423,250 | 163,791 |
|
Menterjemahkan secara langsung angka – angka tersebut di atas, setiap satu dari dua atau tiga kepala keluarga di Cilacap hidup di bawah garis kemiskinan, dimana sebagian besar penghasilannya ( 70% ) digunakan hanya untuk memenuhi kebutuhan makanannya. Kecamatan Kampung Laut dengan basis pendapatan dari nelayan dapat dikatakan semua kepala keluarga nya miskin. Sidareja, Kedungreja, Patimuan, Gandrungmangu, Kawunganten Binangun dan Nusawungu yang mempunyai basis perekonomian pertanian separuh Kepala Keluarganya miskin. Apabila setiap Kepala Keluarga menghidupi satu istri dan dua orang anak maka jumlah keseluruhan orang miskin di Cilacap berjumlah sekitar 655,164 orang.
Angka kemiskinan Cilacap untuk tahun 2009 – 2010 masih sulit didapat. Belum ada angka resmi yang diterbitkan BPS ataupun Dinas terkait, tetapi pernyataan berikut dapat digunakan sebagai acuan. Dalam web-site humascilacap.info disebutkan bahwa angka kemiskinan di Cilacap sampai tahun 2009 mencapai 150,00 kepala keluarga, sedang harian umum Sinar Harapan tanggal 25 Maret 2009 menyebutkan angka 635,000 jiwa yang sebanding dengan 163,000 kepala keluarga dari jumlah penduduk 1.7 juta jiwa, Harian Kompas per 1 April 2009 menyebutkan daerah yang merupakan kantong kemiskinan di Jawa Tengah adalah Brebes ( 492,200 jiwa ), Banyumas ( 333,000 jiwa ) dan Cilacap ( 363,600 jiwa ).
Data mengatakan bahwa jumlah orang miskin di cilacap relative sama secara kuantitatip sehingga tidaklah salah bila ada anggapan bahwa yang miskin tetaplah miskin atau bahkan bertambah miskin secara relative,