Monday, November 03, 2008

Cilacap dan PLTU nya ( 5 )



Sistem Pengubahan air menjadi uap dalam Boiler


PENJELASAN SEDERHANA KERJA PLTU


Bagi yang sudah paham tentang kerja PLTU tdak perlu membaca posting ini. Posting ini saya dedikasikan kepada adik - adik Sekolah Dasar, SMP serta siapa saja yang memang tidak tahu atau buta sama sekali tentang PLTU.


BOILER & BAHAN BAKAR

Foto : Teko
Berbicara operasi PLTU berarti kita berbicara tentang kerja merebus air. Sederhananya mari kita bayangkan atau kita gambarkan sebagai berikut. Ambil satu cerek atau teko yang terbuat dari logam ( Bahasa Cilacap : Ceret ) yang biasa untuk memasak air. Teko mempunyai leher untuk menuangkan air, ada lubang teko untuk mengisi air dan pegangan untuk mengangkatnya. Untuk memasak air dengan teko diperlukan kompor atau tungku ( Bhs Cilacap : Pawon ). Nah tungku atau kompor atau Pawon ini berfungsi untuk memanaskan air. Kompor / Pawon dan teko ini dalam bahasa teknis PLTU disebut Boiler ( bahasa inggris untuk pemanas atau alat untuk merebus ).




Foto : Pawon dengan kayu bakar



Apakah bahan bakar PLTU ? Bahan bakar PLTU bisa dilihat dari kompor atau tungku / pawon yang digunakan, bisa minyak, bisa gas dan bisa kayu atau arang. Bahan bakar batu bara bisa disamakan dengan bahan bakar kayu bakar untuk tungku / pawon.


Untuk PLTU batubara kita bisa mulai menggambarkannya dengan merebus air dengan teko ( ceret ) menggunakan tungku ( Pawon ) berbahan bakar kayu bakar. Kayu bakar identik dengan batubara karena batubara sebenarnya berasal dari kayu yang tertimbun tanah ratusan hingga jutaan tahun yang lalu hingga mengeras. Kayu bakar akan memanaskan air dalam teko hingga mendidih. Saat mendidih air berubah menjadi uap. Uap ini akan keluar melalui leher teko dengan kecepatan yang cukup kencang. Bahkan dibeberapa teko / ceret moderen leher teko diberi penutup dengan lubang kecil sehingga saat air mendidih dan uap keluar dari lubang ini dengan bunyi yang kencang. Bunyi ini memberitahu sipemilik bahwa air sudah mendidih. Inilah urutan kerja yang paling penting dari PLTU yaitu merebus air di dalam teko yang dalam istilah teknis PLTU di sebut Boiler.

Turbine & Generator Listrik



Foto : Selubung luar Turbin
Generator listrik adalah komponen utama yang mengubah energi putar menjadi energi listrik. Secara sederhana generator ini dapat kita gambarkan dengan dinamo sepeda. Pada jaman saya masih anak - anak lampu sepeda dihidupkan dengan dinamo kecil yang menempel di roda depan. Roda depan ini yang membantu putaran dinamo sehingga menghasilkan listrik. Kalau sepeda melambat maka lampupun akan meredup. Nah dalam PLTU generator listrik yang tentunya berukuran besar digerakan oleh alat pemutar yang disebut turbin.


( Foto : Baling Baling di dalam Turbin )


Kembali ke air yang berubah menjadi uap dalam teko. Apabila kita menempelkan baling - baling ke mulut teko yang menyemprotkan uap air maka baling - baling ini akan berputar. Nah baling - baling ini kita sebut sebagai Turbin. Turbin mempunyai poros yang dikopel / dihubungkan satu poros dengan generator. Generator akan berputar dan menghasilkan listrik.


Konsep sederhana ini menggambarkan tentang operasi utama dari PLTU : Kayu Bakar, Kompor, Teko, Baling - baling dan Generator listrik. Disini terjadi perubahan energi : energi panas kayu bakar berubah menjadi energi gerak ( mekanik ) baling - baling / turbin dan berubah menjadi energi listrik melalui generator. ( Foto ; Pemasangan generator di PLTU )

UAP & ASAP
Foto : Flue gas stack & ESP


Dari cerita teko / cerek di atas dihasilkan dua produk ada asap dan ada uap. Yang pertama adalah asap yang berasal dari kayu bakar dan yang kedua adalah uap yang berasal dari air yang dipanaskan. Demikian juga PLTU. PLTU mempunyai uap dari air yang dipanaskan dan asap dari hasil pembakaran batubara untuk pemanasan air. Asap dan Uap ini ditangani secara berbeda.

Asap kayu bakar ini tentu saja akan menyesakan paru - paru kalau terhisap oleh manusia. Oleh sebab itu asap PLTU yang berasal dari batubara ini harus ditangani secara serius sehingga tidak menyebabkan polusi lingkungan. Batubara yang dibakar mempunyai kemiripan dengan kayu yang dibakar. Ada abu yang jatuh karena ukuran debunya yang relative besar dan ada yang terbawa terbang karena ukurannya yang sangat kecil dan ringan. Di dalam PLTU debu yang berat ini langsung jatuh di bawah tungku Boiler, di kumpulkan dan di angkut ketempat penyimpanan debu ( Ash Yard / Storage ) sedang debu ringan yang terbawa terbang akan ditangani oleh ESP ( Electrostatic Precipitator ) yaitu alat penangkap debu. Melalui proses elektrostatik debu - debu kecil ini ditangkap. Bagaimana menangkapnya? Masih ingat pelajaran fisika di kelas 5 SD dulu kalau kita menggosok - gosokan penggaris mika ( plastik ) ke rambut kita yang kering dan kita tempelkan ke sobekan - sobekan kertas maka kertas itu akan tertarik atau menempel di penggaris ? Atau bila kita dekatkan ke tangan maka bulu - bulu tangan kita akan berdiri karena tertarik. Lalu apakah yang menarik itu ? Yang menarik itu adalah energi elektrostatik yang dapat ditimbulkan ketika bahan mika digosokkan ke bulu atau rambut yang kering. Jadi energi electrostatik ini yang digunakan untuk menarik debu - debu kecil yang terbawa terbang. Tentu saja teknologinya bukan dengan menggosok - gosokan mika tapi energi ini dibangkitkan melalui proses teknologi listrik di dalam ESP. Asap dan debu - debu yang sangat kecil yang tidak tertangkap ESP kemudian dialirkan melalui cerobong asap yang disebut Flue Gas Stack ( Chimney ) ke angkasa.

Bagaimana dengan uap air yang dihasilkan dari pemanasan air dengan suhu tinggi ? Uap air inilah yang digunakan untuk menggerakan baling baling turbin dan memutar generator listrik untuk menghasilkan energi listrik. Proses ini terjadi di dalam boiler dan turbin.

Bagaimana penanganan uap airnya ? Uap air yang keluar dari teko tentu saja akan langsung terbang ke udara. Tetapi di PLTU uap air ini tidak dibiarkan terbang keudara. Uap air dari Boiler yang kemudian masuk ke dalam turbin dan menggerakan baling - baling akan dikembalikan kembali bentuknya menjadi air. Caranya ? Ingat pelajaran fisika tentang perubahan bentuk. Uap akan menjadi air kembali bila didinginkan. Nah di PLTU ini uap kembali di dinginkan hingga menjadi air kembali. Pendinginnya adalah air juga. Air yang mana ? PLTU yang berlokasi dipinggir laut / pantai dapat dipastikan bahwa pendinginnya diambil dari air laut. Air laut dialirkan kedalam PLTU dan dimasukan ke dalam pipa pia pendingin yang disebut kondensor. Kemudian uap air dialirkan ke dalam ruang kondensor dan memindahkan panasnya ke air pendingin yang bersal dari laut. Uap menjadi dingin dan kembali menjadi air sedang air laut yang berfungsi sebagai pendingin menerima panas dari uap menjadi hangat dan dikembalikan ke laut.

Kenapa uap air dalam PLTU dikembalikan ke bentuk air kembali ? Ya karena air dari uap tersebut akan digunakan kembali, direbus kembali di dalam boiler dan menggerakan turbin kemudian didinginkan dan menjadi air kembali. Direbus kembali. Jadi air ini akan terus menjalani tugasnya. Dalam istilah teknis PLTU air ini disebut feedwater. Kalau dalam siklus sempurna secara teoritis air yang diubah menjadi uap kemudian didinginkan kembali menjadi air akan mempunyai volume yang sama. Tetapi pada prakteknya tidak ada yang sempurna. Ada saja uap air yang lepas keudara atau berubah menjadi gas sehingga saat didinginkan kembali volumenya tidaklah sama dengan volume sebelum direbus. PLTU membutuhkan volume air feedwater yang tetap. Lalu bagaimana mengganti air yang hilang ? Sederhana saja caranya. Ya ditambahkan saja sesuai dengan yang hilang. Istilah teknis air tambahan ini adalah make-up water. Jadi air yang masuk ke dalam Boiler atau teko PLTU ini adalah feedwater ditambah make-up water.

KEBUTUHAN AIR

Membaca cerita di atas kebutuhan air PLTU dibagi menjadi dua yaitu pertama yang digunakan untuk pendingin dan kedua yang direbus di dalam boiler untuk di ubah menjadi uap. Keduanya berasal dari laut hanya kegunaan dan penanganannya berbeda. Yang menjadi pendingin dibuang langsung ke laut. Yang satunya lagi harus dimurnikan atau di de-mineralisasi dahulu sebelum di masukan ke dalam Boiler atau teko PLTU untuk di rebus. Mengapa ? Masih ingat bahwa teko atau cerek yang karena begitu sering digunakan untuk memasak air akan terdapat kerak di dalamnya ? Kerak yang menempel di dalam teko / cerek tersebut berasal dari mineral atau kotoran halus di dalam air. Nah untuk menjamin umur Boiler PLTU maka proses kerak atau juga korosi di dalam boiler PLTU harus diminimalkan dengan cara pemurnian / de-mineralisasi air sebelum masuk boiler.

Limbah PLTU yang mana ?

Dari proses kerja di atas dari manakah asal limbah PLTU ? Limbah PLTU berasal pertama tentu saja dari asap dan gas yang berasal dari pembakaran batubara. Kedua ( ini sebetulnya bukan limbah ) air pendingin dari laut yang menjadi hangat dan dibuang kembali ke laut. Ketiga adalah dengan cara apa water treatment atau pengolah air dilakukan. Limbah juga bisa berasal dari sini. Berbahayakah bagi manusia dan lingkungan ? Ya tentu saja akan tergantung dari cara penangannya sebelum di lepas ke lingkungan. Misalnya besaran dan volume partikel debu ( fly ash ) yang diperbolehkan dilepas ke udara. Suhu air pendingin yang diperbolehkan sebelum di kembalikan kelaut sehingga tidak mengganggu biota laut. Penanganan limbah kimia yang mungkin digunakan untuk pemurnian air.














































































































































































































Thursday, October 30, 2008

Cilacap dan PLTU nya ( 4 )

Feedwater dan De-aeration.


Istilah Feedwater disini adalah air yang dimasukan ke dalam Boiler untuk dipanaskan dan di ubah menjadi uap. Feedwater yang digunakan dalam Boiler ( steam boiler ) adalah alat untuk mentransfer energi panas dari bahan bakar yang dibakar menjadi energi mekanis putaran turbin uap ( steam turbine ). Jumlah Feedwater yang masuk kedalam Boiler merupakan jumlah kondensat air ( uap dari Boiler yang didinginkan lagi ) yang disirkulasikan di tambah air murni ( de-mineralisasi ) atau biasa disebut purified makeup water. Tambahan Makeup water diperlukan karena pada saat menjadi uap dan digunakan untuk memutar turbin dan kemudian didinginkan kembali jumlah air kondensat menjadi berkurang. Dan untuk menghindari korosi corrosion pada suhu dan tekanan tinggi pada permukaan pipa maupun material dalam sistem boiler dan turbin yang terbuat dari bahan besi / metal, makeup water harus dimurnikan ( purified ) sebelum digunakan. Sistem penetralan air ( water softeners ) dan demineralisasi ( ion exchange demineralizers ) menghasilkan air dengan tingkat kemurnian yang tinggi hingga menjadi insulator ( electrical insulator ), dengan daya hantar ( conductivity ) berkisar 0.3–1.0 microsiemens per centimeter. Kebutuhan makeup water dalam PLTU 500 MW berjumlah lebih kurang 20 US gallons per minute (1.25 L/s) untuk menggantikan air yang hilang selama proses penguapan.
Siklus feedwater dimulai dari air kondensate yang dipompa keluar dari sistem pendingin ( condenser ) setelah melalui turbin uap. Kecepatan alir dari air kondensate ini pada PLTU 500 MW berkisar 6,000 US gallons per minute (0.38 m³/s).
Air kondensat dan makeup water mengalir melalui pemanas feedwater ( feedwater heaters ) dan deaerator . Deaerator ini berfungsi melepas udara ( O2 ) dari air. Hal ini diperlukan sebagai kelanjutan proses purifikasi air dan menurunkan sifat korosifnya.

Cilacap dan PLTU nya ( 3 )


Bagaimana PLTU Bekerja ?

1. Penyediaan Batubara
Batubara yang ditambang dibawa ketempat penyimpanan ( coal hoper ) untuk dipecah menjadi ukuran 5 cm (2 inches) .
Kemudian batubara diangkut dengan moda angkutan yang sesuai ( truk, kapal dsb ) ke lokasi PLTU dan disimpan di tempat penyimpanan ( Coal Yard ).
2. Pulverizer

Pulverizer adalah mesin sebagai bagian dari peralatan PLTU yeng merupakan mesin penghalus atau pemecah batubara.
Batubara dari coal yard diangkut ke pulverizer dengan conveyor belt untuk dipecah atau dihaluskan menjadi bubuk halus batubara, kemudian dicampur dengan udara dan ditiupkan ke dalam Boiler atau tungku untuk pembakaran.


3. Boiler


Gambar - kiri ke kanan : Stack + ESP - Boiler - Turbin & Generator Building ( warna biru )


Boiler adalah tempat dimana air yang telah dimurnikan diubah menjadi uap dengan cara pemanasan menggunakan pembakaran batubara. Batubara yang telah dicampur dengan udara dibakar secara instant di dalam Boiler. Jutaan liter air yang telah dimurnikan dipompakan melalui pipa – pipa kedalam boiler. Intensitas panas yang tinggi dari pembakaran batubara mengubah air yang telah dimurnikan di dalam pipa – pipa boiler menjadi uap panas bertekanan tinggi, yang kemudian memutar turbin untuk menghasilkan listrik.
4. Precipitator, stack

Batubara yang dibakar akan menghasilkan Burning carbon dioxide (CO2), sulphur dioxide (SO2) dan nitrogen oxides (NOx). Gas – gas ini dikeluarkan dari Boiler. Bottom ash atau abu yang lebih tebal / berat yang terbuat dari serpihan coarse dijatuhkan ke bawah Boiler dan masuk ke silo untuk dibuang. Fly ash atau abu yang sangat ringan terbawa oleh gas panas di dalam Boiler. Fly Ash ini dtangkap oleh electrostatic precipitator ( ESP ) sebelum gas buang terbang ke udara melalui cerobong asap ( Stack / Chimney ). ESP berfungsi sebagai filter udara yang menyaring atau menangkap 99.4% fly ash.
5. Turbine, generator

Air di dalam pipa – pipa Boiler menerima panas dari Boiler dan berubah menjadi uap. Uap bertekanan tinggi dari Boiler dialirkan ke Turbin sehingga berputar. Turbin adalah tempat dimana terdapat satu as beasi yang panjang yang dipenuhi dengan sirip baling – baling. As besi ini dikopel dengan generator atau dynamo listrik berkapasitas besar. Ketika uap bertekanan tinggi ini menyentuh sirip – sirip baling – baling ini, turbin akan berputar dengan kencang dan memutar bagian generator yang di kopel ke turbin. Generator yang berputar akan menghasilkan listrik.

6. Kondensator (Condensers) & Sistem Air Pendingin (cooling water system)

Air pendingin dialirkan ke dalam pembangkit dan disirkulasikan melalui pipa – pipa di dalam kondensor, yang digunakan untuk mendinginkan uap yang berasal dari turbin. Air pendingin yang bisa diambil dari air laut akan mendinginkan uap panas sehingga berubah menjadi air murni kembali dan disirkulasikan kembali ke Boiler untuk dipanaskan menjadi uap dan memutar turbin. Air pendingin yang diambil dari laut sekarang menjadi hangat karena adanya pertukaran panas di dalam kondensor, dibuang kembali ke laut.

7. Water treatment plant: Pemurnian Air ( Purifikasi )

Untuk mengurangi korosi, air yang diubah menjadi uap di dalam Boiler harus dimurnikan. Proses pemurnian air ini dilakukan di dalam Water Treatment Plant yang menjadi bagian dari PLTU.

8. Substation, transformer, transmission lines
Listrik yang dihasilkan oleh generator biasanya mempunyai tegangan 6,000 Volt atau 11,000 Volt akan dinaikan tegangannya menjadi 150,000 Volt ( 150kV ) atau 500,000 Volt ( 500kV ) melalui transformer sesuai system kelistrikan di Indonesia dan dialirkan ke Gardu Induk ( substation ) untuk didistribusikan. Kenaikan tegangan tersebut diperlukan untuk keperluan pendistribusian hingga ratus kilometer ke wilayah lain melalui jaringan transmisi.
Untuk penggunaan sehari – hari ataupun industri, tegangan tinggi tersebut akan diturunkan kembali melalui transformer menjadi 380 Volt ( phasa ke phasa ) atau lebih dikenal 220 Volt ( phasa ke netral ).

Cilacap dan PLTU nya ( 2 )

Batubara

Bahan Bakar Fossil


PLTU Cilacap dan Adipala dikegorikan PLTU dengan bahan bakar Fossil.
Pembangkit dengan bahan bakar fossil membakar fossil ( fossil fuels ) seperti batubara ( coal ), natural gas atau petroleum (oil) untuk menghasilkan listrik ( electricity ).
Bahan bakar fossil adalah sumber energi yang tidak terbarukan artinya bahan baker tersebut habis setelah di konversi dan tidak bisa diperbaharui lagi. Bahan baker ini terbentuk dari tumbuhan dan binatang yang tumbuh dan hidup pada 300 juta tahun yang lalu. Deposit bahan bakar ini dapat ditemukan di dalam bumi. Bahan bakar ini di bakar untuk melepaskan energi kimia yang terkandung di dalamnya.


Batu bara ( coal ) terbentuk dengan cara yang sama seperti bahan bakar fossil lainnya, walaupun batu bara mengaami proses yang berbeda yang disebut Coalification. Batubara merupakan bentukan dari tanaman atau pepohonan yang tertimbun di dalam tanah jutaan tahun yang lalu pada tekanan dan suhu yang tinggi. Komposisi batubara tidak seragam tetapi berbeda dari satu deposit ke deposit lainnya. Pembentukan batubara berawal dari Peat atau tumbuhan yang mati. Peat menjadi Lignite, batu kecoklatan yang mengandung dan memperlihatkan dengan jelas material tumbuhan dan mempunyai nilai panas yang rendah. Lignite merupakan setengah perjalanan dari peat ke batubara. Phase berikutnya adalah sub-bituminous, bongkahan hitam yang hanya sedikit memperlihatkan material tumbuhan. Jenis ini mempunyai nilai panas yang sedikit di bawah nilai panas ideal. Dari sub-bituminous menjadi Bituminous, yaitu batubara berwarna hitam pekat dengan densitas yang tinggi. Batubara jenis ini mempunya nilai panas yang tinggi.


Yang utama dari bahan bakar fossil adalah bahan bakar ini terbuat dari Hydrocarbon. Dua elemen Hydro dan Carbon dapat membentuk senyawa yang berbeda – beda dengan karakteristik yang unik. Apa yang membuat hydrocarbon ini berguna bagi masyarakat kita adalah energi matahari yang terperangkap dalam tubuh organisma hewan maupun tumbuhan yang hidup ratusan hingga jutaan tahun yang lalu, mati karena berbagai alasan dan tertimbun tanah. Bagaimana kita mendapatkan energinya ? Ya dibakar.



Pembangkit listrik


Pembangkit dengan bahan bakar fossil dirancang pada pembangkit dengan skala besar untuk operasi yang terus menerus. Di banyak Negara pembangkit jenis ini banyak digunakan untuk memproduksi listrik. Pembangkit ini mempunyai berbagai jenis mesin berputar ( rotating machine ) untuk mengubah tenaga panas hasil pembakaran ( combustion ) menjadi tenaga mekanis ( mechanical energy ), yang kemudian memutar generator listrik ( electrical generator ) sebagai pembangkit listrik. Penggerak utama ( prime mover ) bisa berupa turbin uap ( steam turbine ), atau turbin gas ( gas turbine ).

Hasil produk buang pembangkit adalah limbah panas. Limbah panas yang disebabkan oleh efisiensi terbatas ( finite efficiency ) dari siklus daya harus dilepas ke udara, sering menggunakan Tower Pendingin ( cooling tower ), sungai, air danau atau air laut sebagai media pendingin. Gas buang ( flue gas ) dari pembakaran bahan bakar fossil bi buang ke udara. Gas buang ini mengandung Karbon Dioksida ( carbon dioxide ) dan uap air, sama seperti halnya kandungan lain seperti nitrogen, nitrous oxides, sulfur oxides, dan ( dalam kasus Pembangkit berbahan bakar batubara ) fly ash and mercury. Limbah debu padat dari pembangkit bahan bakar batubara juga harus dibuang. Debu batubara ini dapat di daur ulang sebagai bahan bangunan seperti batu bata.


Konsep Dasar

Dalam pembangkit berbahan bakar fossil, energi kimia yang tersimpan dalam fossil (seperti batubara / coal, minyak / fuel oil, gas alam / natural gas atau oil shale) dengan oxygen yang terkandung dalam udara ( air ) di ubah menjadi energi panas ( thermal energy ), energi mekanik ( mechanical energy ) . Sebagian besar pembangkit listrik thermal di dunia ( thermal power stations ) menggunakan bahan bakar fossil, selebihnya adalah nuclear, geothermal, biomass, atau solar thermal.


Konversi Kimia ke Energi panas.

Pembakaran lengkap ( complete combustion ) bahan bakar fossil menggunakan udara sebagai sumber oksigen.
Tergantung pada parameter suhu dan bara ( flame ) pada proses pembakaran, beberapa Nitrogen dapat dioksidasikan ( oxidized ), menghasilkan Nitrogen Oksida ( nitrogen oxides ). Hasil lain dari pembakaran adalah sulfur dioxide yang timbul karena impuriti Sulfur terutama dalam batubara.


Konversi Panas ke Energi Mekanis.

Hukum kedua thermodynamics ( Second law of thermodynamics ) mengatakan bahwa siklus tertutup ( closed-loop cycle ) hanya dapat mengubah sebagian panas sebagai hasil pembakaran menjadi kerja mekanis ( mechanical work ). Sisa panas yang lain yang disebut limbah panas ( waste heat ), harus dilepas ke dalam sistem pendingin untuk kembali dalam siklus. Bagian panas yang dilepas kedalam media pendingin harus sebanding atau lebih besar dari rasio absolute temperatures sistem pendingin (environment) dan sumber panas / pembakaran (combustion furnace). Menaikan suhu sumber pembakaran ( furnace ) akan memperbaiki efisiensi tetapi juga akan menaikan tekananan uap. Hal ini akan memperumit desainnya dan membuatnya semakin mahal. Meskipun sisa panas / limbah panas ini tidak dapat dikonversi menjadi energi mekanis tanpa sistem pendingin tetapi masih dapat digunakan dalam sistem ko-generasi ( cogeneration plants ) untuk pemanas dalam bangunan, pemanas air dalam industri seperti oil refineries, cement plants, dan chemical synthesis plants.


Pengangkutan Bahan Bakar

PT PLN sedang dan akan membangun beberapa PLTU di pulau Jawa dalam program percepatan 10,000 MW. PLTU – PLTU tersebut berbahan bakar batubara. Batubara akan didatangkan dari luar pulau dan diangkut dengan kapal. Oleh sebab itu semua PLTU dalam program ini berlokasi dipinggir pantai dan dilengkapi dengan pelabuhan batubara ( Jetty ). Kapal pengangkut ini bisa membawa 40,000 ton batubara dan bisa memakan waktu berhari – hari untuk membongkar muatannya di pelabuhan batubara di lokasi PLTU. PLTU dilengkapi dengan fasilitas bongkar ( Coal Un-Loader ) dan Conveyer Belt untuk membawa batubara ke lokasi penyimpanan ( Coal Yard ).

Untuk keperluan startup atau keperluan lain, PLTU mungkin juga membutuhkan bahan bakar minyak fuel oil . Minyak ini dapat dikirim menggunakan pipeline, tanker, tank car atau truk.


Proses Bahan Bakar

Batubara siap digunakan dengan menghaluskannya menjadi serpihan dengan ukuran kurang dari 2 inchi ( 5 cm ). Batubara diangkut dari tempat penyimpanan ( coal yard ) ke Silo ( tabung besar dari besi dengan bentuk kerucut dibagian bawah ) di pembangkit menggunakan conveyor belts dengan kecepatan 4,000 ton/jam.

Dari Silo ini batubara dimasukan kedalam mesin penghalus / pemecah ( pulverizers / coal mills). Pulverizer ini memecah dan menghaluskan batubara dari semula berukuran pecahan 2-inchi menjadi bubuk batubara ( face powder ), memprosesnya dan mencampur bubuk tersebut dengan udara untuk pembakaran ( primary combustion air ). Kemudian memasukan batubara ke tungku ( furnace ) dan memanaskan batubara sehingga siap untuk dibakar. PLTU 2 x 300 MW bisa mempunyai 6 unit pulverizer dan dalam beban penuh sanggup menyediakan batubara ke tungku sebanyak 250 ton / jam.

Cilacap dan PLTU nya ( 1 )


Pembangkit Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Cilacap ( Tjilatjap )
Dengan Bahan Bakar Batu Bara
Fossil fuel power plant
Dirujuk dari beberapa sumber
.


Dalam hitungan tiga tahun ke depan Cilacap akan memiliki 2 PLTU. Yang pertama adalah PLTU Cilacap 2 x 300 MW di daerah Karangkandri dan PLTU Adipala di wilayah Adipala. PLTU Cilacap 2 x 300 MW ini telah beroperasi dan menyumbangkan energi listrik ke dalam jaringan interkoneksi Jawa Bali. Sedang PLTU Adipala atau yang dikenal sebagai PLTU Jateng 2 berlokasi di Desa Bunton Kecamatan Adipala tersebut akan dibangun dengan kapasitas 1x600 MW dengan nilai keseluruhan sekitar 550 juta dólar US. Kedua PLTU tersebut menggunakan peralatan utama yang di produksi di Cina.
Menilik lokasi kedua PLTU tersebut dapat dikatakan berdekatan. Keduanya berdiri di garis pantai Telukpenyu. PLTU Cilacap ( Karangkandri ) di sebelah kanan Muara Sungai Serayu sedang PLTU Adipala akan berada di sebelah kiri Muara Sungai Serayu. Kelak pengunjung pantai Telukpenyu kota Cilacap akan melihat dua PLTU dengan masing – masing satu cerobong asap ( Chimney / Flue Gas Stack ).
Apakah PLTU itu ? Beberapa posting tulisan ini akan sedikit membantu masyarakat terutama para pelajar dan mahasiswa Cilacap untuk memahami apakah PLTU dan bagaimana prosesnya serta dampak – dampaknya yang mungkin terjadi bagi kabupaten Cilacap dan kota Cilacap pada khususnya.

Tuesday, July 29, 2008

Christiaan Eijkman

Christiaan Eijkman
The Nobel Prize in Physiology or Medicine 1929
It was at Tjilatjap that he caught malaria which later so impaired his health that he, in 1885, had to return to Europe on sick-leave.

Christiaan Eijkman was born on August 11, 1858, at Nijkerk in Gelderland (The Netherlands), the seventh child of Christiaan Eijkman, the headmaster of a local school, and Johanna Alida Pool.A year later, in 1859, the Eijkman family moved to Zaandam, where his father was appointed head of a newly founded school for advanced elementary education. It was here that Christiaan and his brothers received their early education. In 1875, after taking his preliminary examinations, Eijkman became a student at the Military Medical School of the University of Amsterdam, where he was trained as a medical officer for the Netherlands Indies Army, passing through all his examinations with honours.From 1879 to 1881, he was an assistant of T. Place, Professor of Physiology, during which time he wrote his thesis On Polarization of the Nerves, which gained him his doctor's degree, with honours, on July 13, 1883. That same year he left Holland for the Indies, where he was made medical officer of health first in Semarang later at Tjilatjap, a small village on the south coast of Java, and at Padang Sidempoean in W. Sumatra. It was at Tjilatjap that he caught malaria which later so impaired his health that he, in 1885, had to return to Europe on sick-leave.For Eijkman this was to prove a lucky event, as it enabled him to work in E. Forster's laboratory in Amsterdam, and also in Robert Koch's bacteriological laboratory in Berlin; here he came into contact with A. C. Pekelharing and C. Winkler, who were visiting the German capital before their departure to the Indies. In this way medical officer Christiaan Eijkman was seconded as assistant to the Pekelharing-Winkler mission, together with his colleague M. B. Romeny. This mission had been sent out by the Dutch Government to conduct investigations into beriberi, a disease which at that time was causing havoc in that region.

In 1883, before his departure to the Indies, Eijkman married Aaltje Wigeri van Edema, who died in 1886. In Batavia, Professor Eijkman married Bertha Julie Louise van der Kemp in 1888; a son, Pieter Hendrik, who became a physician, was born in 1890.He died in Utrecht, on November 5, 1930, after a protracted illness.

From Nobel Lectures, Physiology or Medicine 1922-1941, Elsevier Publishing Company, Amsterdam, 1965